Rabu, 27 Januari 2010
karateristik konselor yang efektif
Dalam memberikan bimbingan atau arahan pada klien, konselor haruslah mempunyai karateristik. Adapun karateristik konselor yang efektif dalam memberikan arahan amaupun solusi terhadap klien yaitu hal hal yang akan di jelaskan di bawah ini.
Penelitian-penelitaian dari beberapa para ahli yang dikutip oleh Brammer, Abrego & Shostrom (1993) :- Sikap hangat
- Dapat memahami
- Positiv regard
- Self-revealing
- Kondisi fasilitatif sehingga dapat membantu perubahan pada klien
- Keterbukaan dalam diri konselor
Carl Rogers (1971), menyebutkan tiga karakterisitik konselor yang efektif adalah:
1) Congruence (Genuineness, Authenticity)
Kongruensi itu sangat penting sebagai dasar sikap yang harus dipunyai oleh seorang konselor. Ia harus paham tentang dirinya sendiri, berarti pikiran, perasaan dan pengalamannya haruslah serasi. Kalau seseorang mempunyai pengalaman marah, maka perasaan dan pikirannya harus marah, yang tercermin pula dalam tindakannya. Ia harus memahami bias-bias yang ada dalam dirinya, prasangka-prasangka yang mewarnai pikirannya. Ia harus tau kelemahan dan asset-aset yang dipunyainya. Kalau ia menyadari hal ini, ia dapat membuat pembedaan antara dirinya dan orang lain. Ia tahu bahwa orang lain bukanlah dirinya.
2) Unconditional positive regard (Acceptance)
Penerimaan tanpa syarat atau respek kepada klien harus mampu ditunjukan oleh seorang konselor kepada kliennya.. Ia harus dapat menerima bahwa orang-orang yang dihadapinya mempunyai nilai-nilai sendiri, kebutuhan-kebutuhan sendiri yang lain darpada yang dimiliki olehnya.
1) Congruence (Genuineness, Authenticity)
Kongruensi itu sangat penting sebagai dasar sikap yang harus dipunyai oleh seorang konselor. Ia harus paham tentang dirinya sendiri, berarti pikiran, perasaan dan pengalamannya haruslah serasi. Kalau seseorang mempunyai pengalaman marah, maka perasaan dan pikirannya harus marah, yang tercermin pula dalam tindakannya. Ia harus memahami bias-bias yang ada dalam dirinya, prasangka-prasangka yang mewarnai pikirannya. Ia harus tau kelemahan dan asset-aset yang dipunyainya. Kalau ia menyadari hal ini, ia dapat membuat pembedaan antara dirinya dan orang lain. Ia tahu bahwa orang lain bukanlah dirinya.
2) Unconditional positive regard (Acceptance)
Penerimaan tanpa syarat atau respek kepada klien harus mampu ditunjukan oleh seorang konselor kepada kliennya.. Ia harus dapat menerima bahwa orang-orang yang dihadapinya mempunyai nilai-nilai sendiri, kebutuhan-kebutuhan sendiri yang lain darpada yang dimiliki olehnya.
Asumsi dasar yang melandasi Acceptande adalah :
- Individu mempunyai infinite worth and dignity. Individu mempunyai harkat dan martabat yang tak terbatas.
- Adalah hak manusia untuk membuat keputusannya sendiri dan untuk menjalani hidupnya sendiri.
- Orang mempunyai kamampuan atau potensi untuk memilih secara bijaksana, dan menjalani hidup yang teraktualisasi dan bermakna secara sosial.
- Setiap orang bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri.
3) Empati
Empati adalah konsep yang sepertinya mudah dipahami sulit untuk dicerna. Empati itu sangat sederhana, yaitu dengan memahami orang lain dari sudut kerangka berpikir orang lain tersebut, empati yang dirasakan harus juga diekspresikan, dan orang yang melakukan empati harus yang “kuat”, ia harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri, tetapi ia tidak pula boleh terlarut di dalam nilai-nilai orang lain.
Review hal 57 - 64
Baruth dan Robinson III (1987), menyebutkan beberapa karakteristik konselor yang efektif sebagai berikut :
Empati adalah konsep yang sepertinya mudah dipahami sulit untuk dicerna. Empati itu sangat sederhana, yaitu dengan memahami orang lain dari sudut kerangka berpikir orang lain tersebut, empati yang dirasakan harus juga diekspresikan, dan orang yang melakukan empati harus yang “kuat”, ia harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri, tetapi ia tidak pula boleh terlarut di dalam nilai-nilai orang lain.
Review hal 57 - 64
Baruth dan Robinson III (1987), menyebutkan beberapa karakteristik konselor yang efektif sebagai berikut :
- Terampil “menjangkau” (reaching out) kliennya.
- Mampu menumbuhkan perasaan percaya, kredibilitas dan yakin dalam diri orang yang akan dibantunya.
- Mampu “menjangkau” kedalam dan keluar.
- Berkeinginan mengkomunikasikan caring dan respek untuk orang yang sedang dibantunya.
- Menghormati diri sendiri dan tidak menggunakan orang yang sedang dibantunnya sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhannya sendiri.
- Mempunyai sesuatu pengetahuan dalam bidang tertentu yang akan mempunyai makna khusus bagi orang yang dibantunya.
- Mampu memahami tingkah laku orang yang akan dibatunya tanpa menerapkan value judgments.
- Mampu melakukan penalaran secara sistematis dan berpikir dalam kerangka system.
- Tidak ketinggalan zaman dan memiliki pandangan luas tentang hal-hal yangterjadi di dunia.
- Mampu mengidentifikasi pola-pola tingakh laku yang self-defeating, yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku nyang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku yang merugikan diri sendiri ini menjadi pola tingkah laku yang lebih memuaskan.
- Terampil membantu orang lain untuk “melihat” ke dalam dirinya sendiri dan bereaksi secara tidak detensif terhadap pertanyaan “Siapakah saya?”
- Hackney dan Cormier menyebutkan karakteristik seorang konselor :
- Kesadaran tentang diri (self-awareness) dan pemahaman diri sendiri.
- Kesehatan psikologi yang baik.
- Sensitivitas terhadap dan pemahan tentang faktor-faktor rasial, etnik dan budaya dalam diri sendiri dan orang lain.
- Keterbukaan (open-mindedness).
- Objektivitas : Mengacu pada keampuan untuk melibatkan diri dengan klien disatu pihak, tetapi juga pada saat yang bersamaan berdiri di kejauhan dan melihat dengan akurat apa yang terjadi dengan kliennya dan hubungannya.
- Kompetensi : Tuntuan seorang konselor mempunyai pengetahuan, informasi dan keterampilan untuk membantu.
- Dapat dipercaya (trustworthiness) : Termasuk didalamnya adalah kualitas-kualitas konselor seperti reliabilitas, tanggung jawab, standar etik, prediktabilitas.
- Interpersonal attractiveness.
Dengan mempunyai karateristik diatas, niscaya seorang konselor akan dapat menjadi efektif dalam memberikan bimbingan atau solusi pada klien
27 Januari 2010 pukul 07.44
PERTAMAX....
info yang sangat bermanfaat sobat cantikku...
27 Januari 2010 pukul 07.47
empati bukan sekedar simpatin ya neng jadi sulit :)
orang yg peka yg bisa, perasaan dan situasi
27 Januari 2010 pukul 07.53
sipz dah
27 Januari 2010 pukul 21.50
waah ternyata untuk menjadi koselor yang efektif harus mempunyai karakteristik diattas yaa ?
28 Januari 2010 pukul 07.42
luar biasa..sebuah artikel yang sangat dalam keilmuan tentang menjadi konselor efektif dalam memberikan pelayanan bimbingan.
28 Januari 2010 pukul 08.12
benar-benar tips yang sangat berguna, pas banget buat seorang konselor. thanks atas share infonya mba'
28 Januari 2010 pukul 09.00
Bimbingan psikologi bagi perkembangan kedewasaan seorang anak di mulai sejak kapan ya?
28 Januari 2010 pukul 09.11
mantab sob... hehehe konselor ni ceritanya...
28 Januari 2010 pukul 09.14
iya mbak. tu semua harus dimiliki oleh seorang konselor. guna membantu pasiennya
28 Januari 2010 pukul 12.51
Intinya kalau ingin jadi konselor mesti sabar. Ga lucu juga kalo jadi konselor eh cepat emosi juga...Makasih infonya ya mbak....
28 Januari 2010 pukul 12.59
mudah2an semua konselor di Indonesia bisa memiliki sifat2 di atas...hehehe..tapi mungkin yg jadi masalah bukan sifatnya tapi harganya...hehehe
28 Januari 2010 pukul 18.40
info yg sangat bermanfaat bagi pembaca, khususnya konselor.:D
28 Januari 2010 pukul 23.04
kepada YTH,
Mbak Evi Yulianti
ditempat
dengan ini gw mengajukan proposal permohonan tuk tukar-menukar link/banner...sudikah kiranya proposal permohonan pertukaran link/banner dapat dikabulkan.
demikianlah proposal permohonan ini gw sampaikan semoga dapat menjadikan pertimbangan n dapat dilaksanakan dalam tempo sesingkat-singkatnya.
hormat gw
Bayu Lebond
(orang yg selalu kehilangan korek)
30 Januari 2010 pukul 17.32
Kalo saya amati dewasa ini banyak masyarakat kita terjebak dalam masalah2 kehidupan yang terkadang menjadikan orang kehilangan arah dan merasa tertekan (DEPRESI), sehingga dia perlu saluran solusi untuk pencerahan dan pemecahan maslahnya artinya disini di butuh orang untuk bisa melakukan tugas konseling atau lebih tepatnya konsultasi ke psikiater, ... Dan dari sekian ratus orang yg mempunyai permasalahan yang rumit spt tsb diatas sehingga membuat orang DEPRESI ternyata hanya beberapa orang saja yang berani datang dan terbuka kepada psikiater. Sehingga banyak kita jumpai teman2 kita yang masih muda bahkan remaja dilanda DEPRESI (katawa ketiwi sendiri tanpa ada yang perlu dan harus diketawakan). Mengapa demikian??! Mungkin budaya kita yang timur sehingga orang sulit terbuka atas permasalahannya, Mungkin juga profesi psikiater kurang membuka tangan kepada masyarakat utk bersosialisasi, bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk memberikan bantuan konseling, Atau yang saya tau saat ini ternyata TIDAK MURAH kocek yang harus dikeluarkan untuk konseling terhadap permasalahan hidup. Tidak ada yang gratis untuk Makan SIANG, Harusnya setiap Individu Muslim sesuai kepercayaan saya harus bersyukur karena setiap saat, setiap waktu bisa BERKONSELING Gratis kepada Dzat Yang Maha Tinggi Allah SWT.