Search this blog


Home About Contact
Sabtu, 31 Januari 2009

pluralisme agama,apakah itu..?  


Di dunia ini manusia menemukan beragam agama sehingga terkadang timbul dalam benak kita tentang anggapan apakah semua agama itu sama?Di Indonesia terdapat sesuatu pendapat yang tersebar luas yang menyatakan bahwa semua agama itu sama,tujuan agama itu sama yaitu mendorong kita melakukan yang baik, menghindari kejahatan, dan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa,. hanya caranya yang berlainan. Pemahaman mengenai agama ini diperlukan jikalau kita ingin berlaku adil terhadap dunia tempat kita hidup dan terhadap Allah sebagaimana telah diatur dalam ajaran agama islam. Semua agama, entah itu Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan sebagainya, hendaknya harus dipahami sebagai suatu ajaran yang penting dimana dalam ajaranya pasti ada ajaran tentang toleransi antar umat beragama. Pemahaman tentang pluralisme membuat kalangan umat islam menjadi khawatir. Kekhawatiran Umat Islam tentang pluralisme agama (paham yang mengajarkan semua agama sama) dan pengajaran semua agama ke setiap anak didik merupakan kewajaran karena dalam keyakinan kaum Muslimin Islam adalah agama terakhir yang diturunkan untuk menyempurnakan serta meluruskan penyimpangan-penyimpangan dari doktrin-doktrin agama yang diturunkan sebelumnya adalah Islam.
Paham pluralisme pada dasarnya menyatakan, bahwa semua agama adalah jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan yang sama. Jadi, menurut penganut paham ini, semua agama adalah jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang sama. Atau, mereka menyatakan, bahwa agama adalah persepsi relatif terhadap Tuhan yang mutlak, sehingga karena kerelatifannya maka setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim atau meyakini, bahwa agamanya sendiri yang lebih benar atau lebih baik daripada agama lain atau mengklaim bahwa hanya agamanya sendiri yang benar. Bahkan, menurut Charles Kimball, salah satu ciri agama jahat (evil) adalah agama yang memiliki klaim kebenaran mutlak (absolute truth claim) atas agamanya sendiri. Paham Pluralisme Agama berakar pada paham relativisme akal dan relativisme iman.



Paham Pluralisme Agama memang merupakan paham yang disebarkan untuk menghancurkan agama-agama yang ada. Paham pluralisme agama memiliki sekurang-kurangnya dua aliran yang berbeda tapi ujungnya sama yaitu: aliran kesatuan transenden agama-agama (transcendent unity of religion) dan teologi global (global theology). Yang pertama lebih merupakan protes terhadap arus globalisasi(arus perkembangan zaman), sedangkan yang kedua adalah kepanjangan tangan dan bahkan pendukung gerakan globalisasi. Dalam pandangan Islam, paham
Pluralisme Agama jelas-jelas merupakan paham syirik moden, karena menganggap semua agama adalah benar. Dengan logika sederhana sebenarnya kita bisa memahami, bahwa untuk dapat "beriman kepada Allah" dan Hari Akhirat dengan benar dan beramal saleh dengan benar, seseorang pasti harus beriman kepada Rasul Allah saw, yaitu Nabi Muhammad saw. Sebab, dalam konsep keimanan Islam, hanya melalui Rasul-Nya, kita dapat mengenal Allah dengan benar, mengenal nama dan sifat-sifat-Nya. Juga hanya melalui Nabi Muhammad saw kita dapat mengetahui bagaimana cara beribadah kepada Allah dengan benar. Jika tidak beriman kepada Nabi Muhammad saw mustahil manusia dapat mengenal Allah dan beribadah degan benar, karena Allah SWT hanya memberi penjelasan tentang semua itu melalui rasul-Nya.Pendapat tentang semua agama itu benar dalam sorotan Al-Qur’an telah kita kaji.
Banyak cendekiawan yang sudah termakan paham ini dan ikut-ikutan menjadi agen penyebar paham relativisme ini, khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi Islam. Sebagai contoh, Prof. Dr. Azyumardi Azra, rektor UIN Jakarta menulis dalam sebuah buku terbitan Fatayat NU dan Ford Foundation: "Islam itu memang pluralis, Islam itu banyak, dan tidak satu. Memang secara teks, Islam adalah satu tetapi ketika akal sudah mulai mencoba memahami itu, belum lagi mengaktualisasikan, maka kemudian pluraliti itu adalah suatu kenyataan dan tidak bisa dielakkan.". Di dalam buku yang sama, seorang bernama M. Khairul Muqtafa juga menulis: "Penafsiran atas sebuah agama sendiri tidaklah tunggal. Dengan demikian, upaya mempersamakan dan mempersatukan di bawah payung (satu tafsir) agama menjadi kontraproduktif. Dan pada gilirannya agama kemudian menjadi sangat relatif ketika dijelmakan dalam praktek kehidupan sosial sehari-hari.". Si penulis juga mempromosikan apa yang disebutnya sebagai "Relativisme epistemologis", yang dimaksudkannya sebagai: "Pada wilayah ini maka yang selayaknya menjadi pegangan adalah bahwa kita tidak dapat mengetahui kebenaran absolute. Kita dapat mengetahui kebenaran hanya sejauh itu absah bagi kita. Artinya, kebenaran yang selama ini kita pahami tidak lain adalah kebenaran sepihak. Juga ada gagasan tentang "Relativisme teleologis", yakni: "Dalam konteks ini, maka Islam tidak lain adalah satu jalan kebenaran di antara jalan-jalan kebenaran yang lain...artinya jalan menuju kebenaran tidak selamanya dan mesti harus melalui jalan 'agama', tapi juga bisa memakai media yang lain. Karena sifatnya yang demikian maka Islam kemudian berdiri sejajar dengan praktik budaya yang ada. Tidak ada perbedaan yang signifikan kecuali hanya situalistik simbolistik. Sedangkan esensinya sama, yakni menuju kebenaran transendental. Paham relativisme akal dan relativisme iman merupakan virus ganas semisal virus HIV yang berpotensi menggerogoti daya tahan keimanan seseorang, sebab dengan virus ini, maka seseorang menjadi tidak yakin dengan kebenaran agamanya sendiri. Dari virus ini lahirlah sikap skeptis dan agnostik yang sentiasa ragu dengan kebenaran yang dicapainya. Jika seseorang sudah kehilangan keyakinan dalam hidupnya, maka hidupnya akan terus diombang-ambingkan dengan berbagai-bagai ketidakpastian. Akar daripada nilai-nilai ini adalah paham sofisme di zaman Yunani kuno, yang kemudian dikembangkan dalam sistem pendidikan di Barat. Itu bisa dimengertikan, karena peradaban Barat adalah peradaban tanpa wahyu, sehingga berbagai peraturan yang mereka hasilkan, tidak berlandaskan pada wahyu Allah, tetapi pada kesepakatan akal manusia. Karena itu, sifatnya menjadi relatif, dan fleksibel. Bisa berubah setiap saat, tergantung kesepakatan dan kemauan manusia. Di Indonesia, karena liberalisme sedang memasuki masa puber, maka tampak 'kemaruk' (serakah) dan memalukan. Semua hal mau diliberalkan. Ketika terjadi penolakan masyarakat terhadap kenaikan harga BBM, seorang aktivis Islam Liberal tanpa malu-malu menulis di jaringan internet, bahwa jika kita menjadi liberal, maka harus 'kaffah', mencakup segala hal baik politik, ekonomi, maupun agama. Kaum liberal di Indonesia belum mau belajar daripada pengalaman negara-negara Barat, di mana liberalisme telah berujung kepada ketidakpastian nilai, dan pada akhirnya membawa manusia kepada ketidakpastian dan kegersangan batin, karena jauh dari keyakinan dan kebenaran abadi. Manusia-manusia yang hidup dalam alam fikiran liberal akan sentiasa mengalami kegelisahan hidup dan ketidaktenangan jiwa. Mereka, pada hakikatnya berada dalam kegelapan, jauh daripada cahaya kebenaran. Karena itu, mereka akan senantiasa mengejar bayangan kebahagiaan, fatamorgana, melalui berbagai bentuk kepuasan fisik dan jasmaniah ibarat meminum air laut, yang tidak pernah menghilangkan rasa haus. Lihatlah kehidupan manusia-manusia jenis ini. Perhatikanlah ucapan-ucapan mereka lihatlah keluarga mereka cermatilah teman-teman dekat mereka. Tidak ada kebahagiaan yang abadi dapat mereka raih, karena mereka sudah membuang jauh-jauh keimanan dan keyakinan akan nilai-nilai yang abadi, kebenaran yang hakiki. Mereka tidak percaya lagi kepada wahyu Tuhan, dan menjadikan akal dan hawa nafsunya sendiri sebagai Tuhan Sayangnya, paham relativisme kebenaran ini sudah merupakan paham global, dan menjadi musuh semua agama. Sebab, paham ini menghancurkan keyakinan masing-masing pemeluk agama terhadap agamanya sendiri. Puluhan tahun lalu, penyair Pakistan, Dr. Mohd. Iqbal sudah mengingatkan, jika manusia kehilangan keyakinan, maka itu lebih buruk daripada perbudakan. "Conviction enabled Abraham to wade into the fire, conviction is an intoxicant which makes men self-sacrificing;Know you, oh victims of modern civilization! Lack of conviction is worse than slavery.". Bukan hanya Iqbal yang melihat bencana kehilangan keyakinan, sebagai bahaya besar bagi satu peradaban. Jadi, paham Pluralisme Agama memang merupakan paham yang disebarkan untuk menghancurkan agama-agama yang ada. Salah satu aliran dalam paham ini, iaitu aliran Transendentalisme (Transendental Unity of Religion), berakar pada paham sinkretisme yang disebarkan oleh Freemasonry.
Maka, pada tahun 2005, Majlis Ulama Indonesia (MUI) dengan tegas menyatakan, paham Pluralisme Agama bertentangan dengan ajaran Islam dan haram bagi umat Islam untuk menganut paham tersebut. Tahun 2000. Dalam pandangan Islam, paham Pluralisme Agama jelas-jelas merupakan paham syirik moden, kerana menganggap semua agama adalah benar. Padahal, Allah S.W.T telah menegaskan bahawa, "Hanya Islam agama yang benar dan diterima Allah S.W.T" (QS 3:19); dan "Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima oleh Allah dan di Hari Kiamat nanti termasuk orang-orang yang merugi." (QS3:85). Keyakinan akan kebenaran ad-Dinul Islam sebagai satu-satunya agama yang benar dan diredhai Allah, adalah konsep yang sangat mendasar dalam Islam. Kerana itu, para cendekiawan dan ulama perlu menjadikan penanggulangan paham syirik moden ini sebagai perjuangan utama, agar jangan sampai 10 tahun lagi paham ini menguasai wacana pemikiran dan pendidikan Islam di Indonesia, sehingga akan lahir dosen-dosen, guru-guru agama, khatib, atau kyai yang mengajarkan paham persamaan agama ini kepada anak didik dan masyarakat. Dalam kajian tersebut telah kami sorot segala masalah yang berkaitan dengan pokok pembicaraan tersebut secara ringkas dan lengkap. Kita telah menguji segala macam dalih yang dikemukakan oleh pnganut Gerakan Pluralisme, baik dalih berupa ayat Al-Qur’an maupun logika dan sejarah, yang ternyata semuanya itu lemah baik dari sisi Al-Qur’an maupun ilmiah. Dari bukti-bukti yang termuat didalam Al-Qur’an jelaslah sudah bahwa Islam sama sekali tidak mendukung adanya anggapan semua agama itu benar seperti yang telah dipropagandakan oleh para orang yang tidak bertanggung jawab yang telah termakan oleh pengaruh globalisasi yang sangat buruk. Paham Pluralisme Agama berakar pada paham relativisme akal dan relativisme iman.



What next?

You can also bookmark this post using your favorite bookmarking service:

Related Posts by Categories



7 komentar : to “ pluralisme agama,apakah itu..?

  • BeeMouNTaiN
    31 Januari 2009 pukul 23.21  

    "InnaddinaIndallohilIslam" menurut abie itu sudah cukup menjadi pegangan bagi kita, kalau masih ada orang yang mengatakan semua agama adalah benar justru malah dia tidak beragama, kalau dilihat dampak dari paham itu sungguh luar biasa efeknya terhadap masyarakat kita. pemahaman(Aqidah) yang salah akan melahirkan amal yang salah pula..betul?
    semoga kita terhindar dari paham itu..amin

  • Yanuar Catur
    31 Januari 2009 pukul 23.25  

    wadaw,,,,q masih kurang jelas nih,,,ntar dh q pahami,,butuh kosentrasi nih
    hehehehe

  • Anonim
    1 Februari 2009 pukul 22.12  

    wah2 kayak acara SILET aja dikupas secara tajam he..he..

  • Anonim
    2 Februari 2009 pukul 09.19  

    waduh..bnyk bnt tulisane bu

  • riezea
    4 Februari 2009 pukul 00.11  

    hanya orang2 yg tidak beriman yg mengatakan bahwa semua agama itu benar, sudah jelas ALLAh SWT mengatakan bahwa ISLAM adalah agama yg paling benar,,,pluralisme hanya akal picik orang2 yahudi dari dulu hingga sekarang untuk mengahncurkan ISLAM dari dalam,,,Hanya ALLAH yg tahu,,semoga kita terhindar dari segala fitnah dunia

  • Anonim
    5 Februari 2009 pukul 19.59  

    Allahumma inni a'udzubika min 'adzaabil qabri wamin 'adzabin naar.... wamin fitnatil mahya wal mamaat....
    sekarang adalah memang zamannya fitnah dimana-mana itu tanda-tanda kiamat...
    apalagi banyak kafir dzimmi yang menghancurkan islam dengan cara merusak moral&akhlak bukan lagi memerangi fisik orang islam seperi kafir harbi.....
    teruskan luncurin artikel-artikel yang bermutu, aku juga mo bikin blog religy nich yang bahas soal akhlak, fiqh dan insya Allah semua masalah diinul Islam

  • insidewinme
    20 April 2012 pukul 13.36  

    Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

Posting Komentar